Monday, April 30, 2007

Inspirasional


Ubahlah hidup Anda hari ini. Jangan pernah bertaruh untuk masa depan. Beraksilah sekarang, tanpa menunda-nunda.

Simode de Beauvoir, Filsuf Prancis

Friday, April 27, 2007

Tanggal Muda – Tanggal Tua

Hari ini bisa dipastikan di ATM manapun di seluruh Indonesia (mungkin) bakalan banyak orang yg berduyun2 ngantri buat narik uang gajian. Begitu juga di pusat-pusat perbelanjaan pasti penuh deh. Tanggal muda kata semua orang. Waktunya ngambil gaji & membelanjakanya.


Mungkin ngga ada yang aneh dengan itu semua, udah umum dan lumrah dimana-mana. Akupun juga melakukan hal yang sama. Sama konsumtifnya dengan semua orang, efeknya jadi ada tanggal muda tanggal tua..


Tanggal muda buat ngabisin uang, tanggal tua tinggal puasanya. Hehehe..


Buat sebagian orang mungkin ngga terlalu masalah dengan itu, mungkin buatku juga,setidaknya selama ini mang kaya gitu. Tapi dipikir-pikir lagi masa iya mo kaya gitu seumur hidup si? Kita hidup kan ngga Cuma sebulan, mungkin sekarang aku masih kerja.. aku ngebayangin seandainya udah ngga kerja lagi? Mungkin tiap hari bakalan tanggal tua deh..kan ngga ada pensiun karena bukan PNS.


Jadi inget dulu banget Oomku pernah cerita temen sekerjanya punya prinsip, minimal 40% pendapatanya mesti ditabung. Buat sebagian orang rasanya mission impossible banget ya? Apalagi mungkin buat yang masih single yang masih banyak keinginan ini itu, buat yang udah merit sekalipun mungkin juga susah karena kebutuhan juga lebih banyak. Tapi denger cerita Oomku itu, temennya itu sekarang emang lumayan mapan kehidupannya.


So..? kedengarannya basi banget ya kalo inget kata nabung? Jujur aja aku kerja da beberapa tahun sama sekali ngga punya tabungan..duu menyedihkan sekali.. Serem de kalo seumur hidup gali lobang tutup lobang melulu..


Aku nulis ini Cuma sekedar buat pengingat aku mesti belajar nabung dari sekarang. (mudah2an berguna juga buat siapapun yang mo baca…)

Inspirasional


"Tuhan, berilah aku keikhlasan untuk menerima sesuatu yang tak bisa kuubah, berilah aku keberanian mengubah sesuatu yang bisa kuubah, berilah pula kebijaksanaan untuk memahami perbedaan."
Reinhold Niebuhr (1892-1971), Teolog

Thursday, April 26, 2007

Mengubah Sikap Dengan Bicara dan Bahasa

Materi oleh:
Chuck Gallozzi

PUASLAH ANDA JIKA TIDAK PUAS
Anda belum puas? Menurut Anda mestinya bisa lebih baik? Selamat! Anda di jalan yang tepat untuk terus maju. Mengapa? Karena benih kemajuan, ada dalam kebutuhan akan perbaikan.

Setiap langkah maju, dibarengi dengan berbagai tanggungjawab dan masalah baru. Dalam upaya menyelesaikan masalah-masalah baru inilah, yang namanya kemajuan terjadi. Dengan kata lain, masalah adalah harga untuk kemajuan. Masalah adalah kunci untuk kemajuan. Dalam konteks pribadi atau sosial, perhatian kita semestinya difokuskan pada arah yang dituju, dan bukan pada kecepatan atau laju. Ketidakpuasan adalah prasyarat untuk maju, dan keluhan tanpa tindakan akan menciptakan buntu.

TIDAK USAH TAKUT BERBUAT SALAH
Kesalahan adalah teknis, bukan normatif. Benar dan salah adalah teknis, pahala dan dosa adalah normatif. Dosa itu jelas salah (normatif), tapi yang salah tidak selalu berujung dosa (teknis). Tak usah takut berbuat salah, jika kesalahan itu cuma masalah teknis. Takutlah berbuat dosa, tak usah takut berbuat salah. Dan ketahuilah, sepanjang kesalahan itu adalah kesalahan baru, maka itu artinya tetap maju.

UNTUK MAJU, GUNAKAN "BELUM" DARIPADA "TIDAK"
Biasakan kata "belum" untuk menggantikan kata "tidak", jika Anda ingin terus maju.

Gantilah:
"Saya TIDAK bisa"
"Saya TIDAK tahu bagaimana melakukannya"
"Saya TIDAK bisa menyelesaikannya"

Dengan:
"Saya BELUM bisa"
"Saya BELUM tahu bagaimana cara melakukannya"
"Saya BELUM bisa menyelesaikannya"

Pergantian sederhana ini akan merubah 'negative thinking' menjadi 'possibility thinking'.

UNTUK MAJU, MUNDURLAH DAHULU
Jika Anda mengalami SETBACK (kemunduran);
Tak perlu melakukan STEP BACK (langkah mundur);
Sebaliknya, bersiaplah untuk COMEBACK (kembali ke jalur).
Pelajari kemunduran itu, dan temukan kesempatan dan peluang baru.

TAK USAH TAKUT MENGAMBIL RISIKO
Mark Twain pernah berkata, "Duapuluh tahun dari sekarang, kamu akan lebih kecewa atas apa-apa yang tidak kamu lakukan, dari pada apa-apa yang kamu lakukan. Eksplorasilah, bermimpilah, temukanlah."

JANGAN PERTANYAKAN LAGI APA YANG SUDAH ANDA PUNYA

Jangan bertanya, "Apakah saya punya bekal untuk sukses?"
Bertanyalah, "Apakah saya mau menanggung ongkos untuk sukses?"

Apa ongkos untuk sukses? Ongkos untuk sukses adalah 4D:
- Desire;
- Discipline;
- Determination;
- Dedication.

Tanpa perjuangan, tak akan ada kemajuan. Siapa yang mau merdeka tanpa konfrontasi, adalah mereka yang mau panen tanpa mengolah tanah. Mereka menginginkan hujan yang tanpa petir dan halilintar. Mereka meminta lautan tanpa ombaknya.

LIHATLAH DENGAN LAYAR LEBAR
Hidup ini bukanlah dengungan lebah. Ng...ng...ng...ng...
Di mana hanya satu "ngk..." akan langsung memastikan bahwa itu bukan lagi dengungnya lebah.
Di dalam kehidupan, satu kesalahan tidak akan langsung berakibat kematian.

Dalam dunia olah raga, atlet terbaikpun pasti pernah kalah. Dan atlet terburukpun juga pasti pernah menang. Sasaran Anda bukanlah menangguk laba sepanjang tahun, tanpa pernah rugi sekalipun. Sasaran Anda adalah lebih banyak laba daripada rugi. Dengan konsistensi, pada akhirnya Anda akan tetap laba.

HINDARI PENYESALAN
Ingatlah, siapa memberi yang terbaik, tidak akan pernah menyesal. Begitu pula Anda.

PILIHLAH DENGAN BENAR
Apa yang jadi pilihan Anda, menjadikan Anda.

TAK USAH MEMBELA DIRI, BELA HARGA DIRI
Jangan coba menggeser tudingan. Untuk tepat menuding, perbaikilah diri.

GUNAKAN WAKTU DENGAN BIJAK
Sadarilah, jika Anda punya waktu untuk berkeluh kesah tentang sesuatu, maka Anda punya waktu untuk melakukan sesuatu tentang hal itu.

BERTANGGUNGJAWABLAH
W Page Pitt, mantan kepala departemen jurnalisme di Marshalll University, orang yang 97% buta matanya, pernah ditanya, "Mendingan mana, buta, tuli atau lumpuh?" Ia menjawab, "Tidak satupun! Tidak bertanggungjawab, kurang ambisi, kurang semangat, adalah penghalang yang sesungguhnya."

BERSYUKURLAH DENGAN BERANI
Sikap pengecut adalah ketidakpuasan akan masa lalu, rasa hambar tentang saat ini, dan ketidakpercayaan akan masa depan. Tidak bersyukur atas berkah hari kemarin, apatisme terhadap peluang hari ini, dan tak punya kekuatan untuk hari esok. Ketidaksadaran akan keindahan, ketidakpedulian akan sesama, dan ketidakyakinan akan janji Tuhan. Ketidaksabaran pada waktu, kekerdilan pikiran, dan kekurangajaran pada Pencipta.

HARKAT DAN MARTABAT
Jika berharap menaikkan harkat dan martabat, hindari posisi terjerat. Jika berharap menjadikan diri sendiri lebih baik, hindari merasa lebih baik dari orang lain.

AKHIRNYA
Pada AKHIRnya, segala sesuatu akan menjadi lebih baik. Dan jika saat ini 'tidak' lebih baik, itu bukan AKHIR segalanya.

Ubah sikap Anda dengan bicara dan bahasa.

QA-Communication
http://speaking.indodigest.com

Merubah Kebiasaan Menunda Dengan Bicara dan Bahasa

Materi dari University of Texas at Austin Learning Center dan Chuck
Gallozzi

PENUNDAAN ADALAH KUBURAN DI MANA KESEMPATAN DIMAKAMKAN
Prokrasinasi atau procrastination, artinya penundaan atau menunda-nunda. Secara teknis, apa yang ditunda adalah "memulai" dan "menyelesaikan". Berapa banyak hal yang kita tunda setiap hari? Apapun alasan kita, menunda selagi kita bisa melakukannya sekarang, tidak lebih dan tidak kurang adalah menghambur-hamburkan peluang.

SEBAB-MUSABAB SIKAP MENUNDA
1. Kesalahan persepsi tentang hidup.
Sebagai manusia, kita tidak hanya menciptakan kata-kata. Sebaliknya, kata-kata juga membentuk persepsi kita. Ambil contoh kata "bekerja". Kata ini punya konotasi negatif. Kita seringkali tidak melihatnya sebagai berkah, melainkan sebagai beban atau hukuman. Bekerja menjadi tidak nyaman dan tidak menyenangkan, dan karena itu, ia cenderung dihindari. Itu sebabnya, kita menjadi malas.

Kita sering mengatakan "mau berangkat kerja". Bisakah Anda membayangkan kata itu diucapkan oleh Picasso, Mozart, Peter Pan, Radja, atau Ratu? Bisakah Anda membayangkan bahwa Dian Sastro mengatakan "saya mau berangkat kerja"? Sebagai seniman, mereka jelas lebih memilih kalimat "saya mau berkarya". Apa sebabnya? Sebab mereka tidak merasa bekerja, melainkan merasa melakukan sesuatu yang disenangi atau dicintainya. Mereka merasa sedang menghasilkan karya besar. Apa artinya? Artinya, bekerja adalah media bagi mereka untuk menghasilkan berbagai masterpiece.

Dengan memahami bagaimana para seniman menikmati proses berkarya itu, kita bisa mencintai apa yang kita kerjakan.

2. Merasa kewalahan.
Kita sering merasa terlalu banyak tugas yang harus dikerjakan. Dalam hal ini, kita perlu mengingat bahwa sebuah perjalanan 1.000 kilometer, selalu dimulai dengan langkah pertama. Artinya, kita harus punya keberanian untuk memulai. Sebesar apapun impian Anda, jika Anda memecahnya menjadi berbagai paket kecil, maka Anda akan tetap bisa mencapainya, satu per satu.

3. Takut gagal.
Takut gagal juga bisa menciptakan penundaan. Misalnya seseorang yang bermimpi bisa menulis buku. Selama dirinya merencanakan untuk menulisnya "pada suatu hari kelak", maka ia masih mungkin mencapainya. Jika ternyata ia berhasil memulainya dan kemudian bisa menyelesaikannya, tapi ternyata tidak ada yang membeli bukunya, maka...wah.....! Akan ada kegagalan.

Benarkah akan ada kegagalan? Bagaimana bisa ia gagal jika ia terus belajar dari berbagai kesalahan?

Jangan biarkan ketakutan menghentikan Anda. David J. Schwartz mengatakan, "Untuk menghadapi ketakutan, bertindaklah. Untuk semakin takut - tunggulah, berhentilah, tundalah."

4. Sifat alamiah manusia.
Secara alamiah, kita sebagai manusia ingin menghindari sakit dan meraih kesenangan. Jika Anda melihat bekerja sebagai MENYAKITKAN dan menonton TV sebagai kesenangan, maka Anda cenderung menunda kerja dan memilih menonton TV. Jika Anda seperti ini, maka Anda termasuk "kaum sufi", alias kaum yang suka tifi.

MENGAPA HARUS SEKARANG?
SAAT INI, kita semua sedang berada di sebuah terminal transit. Keberadaan kita hanya SEMENTARA, dan kita akan melanjutkan perjalanan. Terminal itu adalah HIDUP. Jadi apalagi yang kita tunggu? Waktu untuk melakukan berbagai hal secara berbeda, saat untuk menentukan prioritas, dan terus maju menuju kesuksesan, adalah SEKARANG. Kita tidak bisa lagi menunggu lebih lama.

Tidak perlu lagi Anda memperlakukan hidup seperti hujan. Anda menunggu sampai hujan reda, kemudian baru melanjutkan perjalanan. Hidup Anda bukanlah hujan. Hidup Anda adalah WAKTU.

Pakar Manajemen Waktu Alan Lakein mengatakan, "Waktu = Hidup. Sia-siakanlah waktu Anda, maka Anda menyia-nyiakan hidup Anda. Kuasai waktu Anda, maka Anda menguasai hidup Anda."

Dan pedoman hidup Anda mengatakan, "Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali mereka yang beriman dan beramal soleh."

1. Tidak waktu untuk menunda. Yang Chu (440 ~ 360 SM) mengingatkan kita, "Seratus tahun adalah hidup yang panjang. Belum tentu satu orang dari seribu yang akan mencapainya. Dan jika seseorang bisa setua itu, waktunya masih didiskon dengan kehidupan bayi dan masa kepikunan. Kemudian dikurangi lagi dengan saat tidurnya. Dikurangi lagi dengan masa sakitnya. Dikurangi lagi dengan masa sedihnya. Dikurangi lagi dengan masa takutnya. Maka jumlah waktu senangnya, hanya akan sepuluh tahun saja. Dengan begitupun, tidak ada satu jam pun yang tidak terbebas dari kekhawatiran."

Austin Dobs: "Time goes by, katamu? Ah tidak. Waktu tetap di tempatnya. Kitalah yang pergi."

2. Lebih cepat kita bertindak, lebih cepat kita belajar dari pengalaman, melakukan perbaikan, dan mendapatkan hasilnya. Ingatlah bahwa berbagai hal, akan kita lakukan lebih lama daripada yang kita bayangkan. Dan lagi, kita mungkin belum akan benar di saat pertama. Kita tidak bisa memilih hari dan waktu di mana kita akan sukses. Tapi kita bisa memilih untuk melakukannya SEKARANG. Sekaranglah saatnya untuk merealisasikan bagian awal dari sukses kita.

3. Sekalipun segala sesuatu menuntut waktu lebih lama dari yang kita bayangkan, semua itu juga lebih mudah DILAKUKAN daripada dibayangkan. Keuntungan manusiawi ini akan hilang menguap jika kita terus menunda. Saat kita menunda, jumlah tugas akan bertambah, waktu yang tersisa akan menyusut. Saat kita ingin mewadahi segala tugas di gayung kecil waktu kita, kualitas upaya kita akan menurun drastis, dan risiko melakukan kesalahan akan menjadi lebih besar.

Ikhwan Sopa mengatakan, "Segala hal lebih berat di kepala daripada di pundak."

Aidh Al-Qarni (pengarang "Don't Be Sad" - "La Tahzan") mengatakan,"Usahlah engkau tanggung beban dunia. Biarlah bumi saja yang menanggungnya."

Delegasikan tugas Anda ke bumi, lewat jiwa dan raga Anda.

4. Bertindak SEKARANG adalah kesimpulannya. Kekuatan Anda bertindak hanya ada pada SEKARANG. Anda tidak bisa bertindak BESOK, sebab besok belum tentu ada. Anda tidak bisa bertindak KEMARIN, sebab kemarin sudah tiada. KEMARIN dan BESOK tidak bisa membantu Anda. SEKARANG-lah yang bisa.

5. Konsekuensi dari tindakan positif akan mendongkrak nilai, rasa PD, pengetahuan atau pemahaman, dan KEKUATAN Anda. Adakah waktu yang lebih tepat untuk menikmati semua keuntungan itu selain SEKARANG?

6. Nikmati hidup Anda SEKARANG, daripada melihat orang lain menikmati hidupnya. Jadilah pemain dan bukan penonton. Daripada menonton apa yang terjadi pada diri Anda, ciptakanlah apa yang Anda inginkan terjadi pada diri Anda.

7. Temukanlah diri Anda. Kejutkanlah diri Anda, buatlah diri Anda terperangah dengan menjadi seseorang yang Anda sendiri tidak pernah membayangkannya.

8. Anda pernah menyesali waktu yang telah Anda sia-siakan? Jika ya, gunakan penyesalan itu untuk memacu Anda. Dengan bertahan pada prioritas, Anda akan melindungi diri sendiri dari penyesalan di kemudian hari.

9. Songsonglah kesempatan, dan kesempatan memang disediakan untuk mereka yang mengambil tindakan. Sekali ia menampakkan diri, Anda harus segera bertindak karena ia tak akan muncul dua kali. Kesempatan adalah cacing yang menunggu early bird.

10. Jika Anda menyibukkan diri, Anda tak akan punya waktu untuk mengeluh atau jatuh di bawah pengaruh negatif orang lain.

11. Ciptakan lebih banyak waktu! Jika Anda selalu mengerjakan sesuatu segera setelah ia muncul, maka Anda telah efisien dalam bertindak. Dan dengan begitu, Anda akan punya lebih banyak waktu.

12. Alamilah kedamaian pikiran. Anda tidak akan bisa mengerjakan semua hal yang Anda inginkan. Akan tetapi, jika Anda bisa mengerjakan hal terpenting yang harus dikerjakan, maka Anda akan tidur dengan nyenyak.

Jadi kapan? Bagaimana dengan pertengahan antara kemarin dan besok!?

MERUBAH SIKAP MENUNDA
Penundaan adalah kuburan di mana kesempatan dimakamkan. Jika waktu adalah kehidupan, maka penyia-nyian waktu adalah pembunuhan. Artinya,

penundaan itu MEMATIKAN.

Abraham Lincoln mengatakan, "Berbagai hal akan datang kepada mereka yang menunggu. Akan tetapi, itu semua hanya sisa dari mereka yang bergerak."

1. Klarifikasi sasaran pribadi.
Klarifikasilah sasaran pribadi Anda dengan tegas dan jelas. Pastikan Anda bisa melihat atau mengingatnya di mana saja. Apa yang "harus" adalah apa yang paling penting bagi Anda. Jika keadaan memang memaksa Anda untuk menunda, pertegas alternatifnya. "Saya mestinya belajar malam ini. Tapi saya terlalu lelah hari ini. Saya harus tidur. Saya AKAN belajar setelah solat Subuh."

2. Ganti "harus" dengan "ingin".
Saat Anda mengatakan "harus" melakukan sesuatu, secara tidak langsung Anda mengatakan "dipaksa" melakukannya. Anda jelas akan berontak. Penundaan adalah mekanisme pertahanan Anda untuk menghindari sakitnya sebuah pemaksaan.

Solusi bagi Anda, adalah memahami bahwa Anda memang tidak perlu mengerjakan apa yang tidak ingin Anda kerjakan. Mungkin akan ada konsekuensi serius dari sikap seperti ini. Namun Anda harus memahami bahwa Anda memang selalu bebas dalam memilih. Tak ada seorang pun, yang memaksa Anda bekerja atau berbisnis sebagaimana yang Anda lakukan saat ini. Anda telah menjadi seperti sekarang ini, adalah akibat dari segala keputusan yang telah Anda ambil dengan bebas selama ini.

Jika Anda tidak ingin menjadi dokter, padahal Anda sekarang adalah dokter, maka Anda menjadi dokter adalah karena Anda memutuskan untuk menjadi dokter. Jika Anda memang tidak ingin dipaksa menjadi dokter, katakanlah 'tidak' pada orang tua Anda misalnya. Jika Anda memilih untuk tidak pernah mengatakannya, maka profesi dokter adalah pilihan Anda sendiri. Dan jika sekarang Anda ingin beralih profesi, itupun adalah pilihan Anda sendiri.

Ingatlah bahwa kebiasaan menunda tidak terjadi pada seluruh area kehidupan seseorang. Seseorang yang jagoan menunda sekalipun, selalu punya satu atau beberapa hal yang tidak pernah ditundanya. Orang itu selalu punya pilihan untuk INGIN mengerjakannya.

Artinya, kebiasaan menunda-nunda bisa dikurangi dengan memahami keberadaan pilihan. Anda bisa memilih untuk INGIN atau HARUS mengerjakan sesuatu. Ubahlah keharusan mengerjakan sesuatu, menjadi keinginan untuk mengerjakannya.

3. Ganti "selesaikan" dengan "mulailah".
Saat Anda merasakan bahwa pekerjaan Anda tidak pernah selesai, Anda akan merasa kewalahan. Berikutnya, godaan tentang waktu luang atau selesainya perkerjaan akan mulai mempengaruhi Anda. Anda mulai malas, dan akhirnya menunda atau membiarkan pekerjaan Anda terbengkalai. Anda telah menggeser prioritas Anda, hanya karena ingin menunda suatu pekerjaan. Ubahlah cara berpikir Anda. Pecahlah tugas Anda ke dalam paket-paket kecil. Apalagi yang harus saya kerjakan? Mana lagi yang harus saya mulai?

Gantilah:
"Bagaimana saya harus menyelesaikan semua ini?"
Menjadi:
"Langkah kecil apa yang bisa saya mulai sekarang juga?'

4. Ganti "all or nothing" dengan "better small than nothing at all".
Berpikir bahwa pekerjaan Anda harus sempurna, akan mencegah Anda untuk memulainya. Percaya bahwa mengerjakan segala sesuatu yang duniawi haruslah sempurna, adalah resep untuk stress. Jebakan sempurna, akan membuat Anda terlalu banyak berpikir dan akhirnya menggeser tindakan ke menit-menit terakhir. Dengan itu Anda telah merasa menemukan jalan keluar. Kemudian, Anda mulai bekerja. Tapi tiba-tiba, Anda menyadari bahwa waktunya tidak cukup lagi. Kemudian Anda meminta penambahan waktu. Dan jika Anda mendapatkan waktu tambahan, Anda memulainya lagi dari awal. Kemudian Anda menundanya lagi. Kurang waktu - tambah waktu - kurang waktu - tambah waktu... sampai kapan? Anda tidak akan pernah sempurna!

Kesempurnaan manusia terletak pada keterbatasan dan kekurangannya. Jika manusia tidak lagi memiliki kekurangan dan keterbatasan, maka ia tidak sempurna lagi sebagai manusia. Beri izin pada diri Anda untuk menjadi manusia seutuhnya. Menjadi manusia yang sempurna, lengkap dengan batasan dan kekurangannya.

Pernahkah Anda temui software komputer yang sempurna? Alat yang sempurna? Benda yang sempurna?

Ketidaksempurnaan dari apa yang Anda kerjakan hari ini, adalah lebih baik daripada sesuatu yang sempurna tapi tak pernah terjadi.

5. Ganti "hu...hu...hu" dengan "ha...ha...ha".
Ubahlah suasana kerja yang tidak nyaman dengan kegembiraan. Ciptakan jaminan bahwa Anda akan bekerja dalam kegembiraan. Untuk bergembira, Anda harus menciptakannya. Kegembiraan tidak tergantung pada suasana, tapi tergantung pada kemauan Anda.

Pernahkan Anda merasakan betapa beratnya beban kerja Anda? Panjangnya jam kerja Anda? Tanpa bergembira? Lembur melulu? Yang itu-itu juga?

Pastikanlah bagian yang bisa "bergembira" dari diri Anda. Kemudian, susunlah berbagai pekerjaan Anda di sekitar dan sekelilingnya. Maka, kegembiraan Anda akan terjamin. Anda bisa senang dengan utak-atik mobil? Lakukan itu dan tunjukkan kepada teman sekantor. Anda senang ikan hias? Taruhlah akuarium di meja kerja Anda. Anda senang musik? Belilah earphone agar tak mengganggu 'kesenangan' orang lain.

Sekilas, anjuran di atas seperi kontraproduktif. Sebaliknya, secara ekstrem justru membuat Anda lebih produktif. Inilah yang disebut dengan "reverse psychology".

Dengan 'settingan' seperti di atas, jika Anda mulai merasa berlebihan dalam bergembira, maka Anda akan mulai "ingin" bekerja. Anda tidak lagi merasa "harus" bekerja, tapi Anda memang menginginkannya. Motivasi Anda akan melejit. Itu terjadi karena Anda merasa sudah cukup bergembira. Libur yang terlalu lama, akan membuat Anda rindu pada kerja. Persis seperti pengangguran yang merindukan pekerjaan.

6. Gunakan "kotak waktu".
Pecah tugas Anda ke dalam paket-paket kecil. Kumpulkan berbagai tugas kecil Anda itu, dan masukkan semuanya ke dalam kotak waktu Anda. Aturlah kotak waktu Anda untuk 30 menit. Kelompokkan tugas-tugas kecil Anda menjadi satu gugus tugas, yang seluruhnya dapat diselesaikan dalam waktu 30 menit atau kurang. Setelah 30 menit, hadiahi diri Anda sendiri dengan bonus yang sepadan, misalnya menonton TV, makan camilan atau hadiah lain yang cukup merangsang. Setelah itu, kerjakan lagi 'paket 30 menit' berikutnya, dan kejar hadiah yang lain.

Secara umum, Anda pasti punya daya tahan jika bekerja hanya 30 menit. Apalagi, jika hadiahnya cukup menggiurkan.

7. Terima diri apa adanya.
Terimalah diri Anda "apa adanya". Berhentilah memikirkan "ada apanya" dengan diri Anda. Kebiasaan Anda menunda-nunda, mungkin membebani Anda. Untuk tidak menjadikannya penyebab stress lanjutan, terimalah diri Anda sebagai pembelajar:

- Beri waktu bagi diri Anda untuk berubah;
- Beri kesempatan bagi diri Anda untuk 'naik' dan 'turun';
- Hargai diri Anda untuk apapun yang Anda kerjakan;
- Sering-seringlah memaafkan diri Anda sendiri.

Setelah tanda seru berikut ini, segeralah kerjakan apapun yang Anda INGINKAN!

QA-Communication
http://speaking.indodigest.com

Menyikapi Perubahan

Dari materi oleh:
Patti Hathaway, CSP
Pakar leadership

"Saat sebuah pintu tertutup, pintu lain sebenarnya terbuka; akan tetapi, kita seringkali terlalu lama mencari-cari dan terus menyesali pintu yang telah tertutup, hingga kita tak lagi bisa melihat pintu yang terbuka."
-- Alexander Graham Bell --

SEKALI LAGI, SEMUANYA MEMANG BERUBAH
Ya. Dunia ini berubah. Hidup Anda berubah. Makin berat dan makin menyesakkan. Dan secara insting, Anda akan bereaksi terhadap perubahan. Perubahan adalah keharusan, dan bereaksi terhadap perubahan adalah sifat dasar Anda sebagai manusia. Bertahan terhadap perubahan merupakan reaksi yang normal dan dalam banyak hal amat bermanfaat.

Bahwa itu instingtif, normal dan bermanfaat, dasarnya adalah fakta di mana bertahan adalah termasuk salah satu cara untuk survive. Maka, perilaku Anda untuk bertahan atau menolak perubahan, biasanya muncul karena perubahan yang terjadi dianggap mengancam eksistensi dan keselamatan Anda.

Konon, ada empat fase berkaitan dengan cara Anda bereaksi terhadap perubahan. Mulai dari bertahan, sampai Anda harus mengakomodasinya.

1. IGNORE THE PAIN
Pertama adalah 'mengabaikan rasa sakit'. Perubahan jelas memunculkan rasa sakit atau ketidakpuasan. Pada banyak kasus, Anda akan mengabaikan efek ini dalam berhadapan dengan perubahan. Dalam kenyataannya, Anda bahkan mungkin mengabaikan fakta bahwa perubahan memang sedang terjadi. Anda biasanya akan berkomentar, "mengapa mereka melakukan ini pada Saya?" atau, "Hal itu tidak akan pernah terjadi". Anda cenderung menghindari segala informasi yang berkaitan dengan perubahan.

2. FEEL THE PAIN
Kedua, adalah saat Anda mulai 'merasakan sakitnya' sebuah perubahan. Muncul persepsi-persepsi bahwa perubahan yang terjadi akan berakibat lebih buruk dari yang Anda perkirakan pada mulanya. Anda mulai merasakan berbagai kerugian akibat perubahan, dan mulai bernostalgia tentang indahnya masa lalu. Anda mulai mempertanyakan, "Apakah selama ini Saya sudah salah langkah?" Anda mulai merasakan bahwa Anda tak punya pilihan atau kontrol terhadap berbagai perubahan yang secara langsung ditujukan kepada diri Anda. Fase ini adalah fase terberat di mana Anda cenderung memilih berbagai langkah berikut ini.

- Diam
Anda mungkin memilih diam dan hanya menjilati luka. Meringkuk di pojok yang gelap, seperti seekor kucing kampung yang tenggelam dalam duka dan doa. Anda merasakan sakitnya sendirian. Anda bahkan tidak membolehkan orang lain memahami apa yang Anda rasakan. Hal ini secara negatif mulai mempengaruhi perilaku dan produktifitas Anda.

- Marah
Anda mungkin memilih marah tapi berlindung di balik punggung orang-orang besar. Anda berusaha memanipulasi sistem untuk agenda pribadi. Maka, moral lingungan, komunitas dan organisasi mulai terpengaruhi secara negatif.

- Berontak
Anda mungkin memilih marah dan mengungkapkannya dengan agresif. Anda tidak memperdulikan lagi perasaan orang lain, dan apa yang ingin Anda capai adalah menciptakan rasa sakit yang sama pada diri orang lain. Mereka juga harus merasakannya! Begitulah luapan amarah Anda. Anda menjadi orang yang menyimpan dendam dan kesumat.

- Mengisolasi diri
Anda mungkin memilih untuk mempertegas batas-batas teritori. Anda memutuskan bahwa tidak semua hal bisa berjalan sesuai keinginan dan harapan Anda. Muaranya, Anda mencoba untuk melindungi dan menutupi berbagai blunder dan kesalahan di wilayah-wilayah yang menjadi teritori Anda.

- Menaikkan Egoisme
Anda mungkin memilih untuk tidak melakukan sharing terhadap berbagai informasi jika itu menguntungkan diri Anda. Jika Anda merasa bahwa kontribusi Anda tidak diakui di mata otoritas dan komunitas, maka Anda akan menahan berbagai informasi yang mungkin menguntungkan pihak lain atau bahkan semua pihak. Informasi adalah kekuatan.

3. HEAL THE PAIN
Ketiga, adalah fase di mana Anda mulai 'menyembuhkan luka'. Fokusnya adalah diri Anda sendiri, dan bagaimana perubahan akan mempengaruhi diri Anda. Anda mulai melihat masa depan dan berbagai tantangannya. Ini adalah titik permulaan yang terhitung baik bagi bagi Anda dan semua orang di sekitar Anda.

4. KOMITMEN
Keempat, adalah fase di mana Anda mulai mencari persamaan dan komitmen ke masa depan. Ibarat perkawinan, komitmen ini adalah komitmen seumur hidup demi masa depan dan kesejahteraan bersama. Anda mulai berkolaborasi, dengan diri sendiri, dan dengan orang lain.

Fase terakhir itulah, yang memungkinkan segala hal di masa depan bisa berkembang menjadi lebih baik dan makin baik.

Dalam dunia yang sedang berubah ini, di tengah samudera yang badainya makin menggila, di deraan gelora emosi dan galaunya hati, di fase manakah kini Anda berada dan kemanakah arah dan fase yang akan Anda tempuh? Mana yang Anda pilih; evolusi, atau revolusi bagi diri Anda sendiri?

QA-Communication
http://speaking.indodigest.com

Wednesday, April 25, 2007

Kesempatan…

Seorang pemuda dengan antusias menceritakan cita-citanya tentang apa yang akan dilakukanya bagi kaum miskin.

Kata sang Guru "Kapan engkau akan mewujudkan cita-citamu itu?"

"Begitu kesempatan tiba"

"Kesempatan tak pernah tiba" kata sang Guru " Sekarang dan disinilah kesempatan itu"

(dari Sejenak Bijak – Anthony de Mello)


Tadi pagi sambil sarapan aku baca kisah itu, sadar ato ngga seringkali aku menunggu sebuah kesempatan datang padaku.. Padahal kesempatan macam apa, aku juga kadang ngga ngerti, saat melihat orang lain dengan gaji lebih besar, di tempat kerja yang kelihatannya lebih baik, kadang perasaan iri kerap muncul. Tapi Cuma sekedar iri, karena aku ngga banyak berbuat, misal berusaha nyari tempat kerja yang lebih baek, dengan gaji lebih besar dll. Aku Cuma nunggu. Nunggu sesuatu yang mungkin ngga ada. Banyak temen yang nyaranin, kamu pindah kerja aja, disana gaji lebih besar dll. Kadang malah setengah menganggap bodoh kenapa aku masih tetep bertahan ditempat kerja sekarang..

Aku juga ngga ngerti kenapa masih betah aja, mungkin ada sesuatu yang membuat aku nyaman dengan kondisi kerjaku sekarang. Tapi kurasa aku ngga sendiri. Hanya saja kupikir cerita diatas memberi suatu kesadaran baru, kita boleh punya cita-cita atau impian, apapun itu ngga perlu nunggu sesuatu yang ngga pernah ada, lebih baek berusaha mewujudkannya sekarang. Karena kesempatan ada di sini Sekarang…

Tuesday, April 24, 2007

Hidup ini indah..

Ngga tau kenapa hari ini aku ketemu banyak orang yang kayanya putus asa..bukan mau sok ngga punya masalah, aku juga sempet ngalami hal yang sama, hidup tapi kaya orang mati. Ngga jelas semua2nya. Tapi thanks God, semua udah berlalu..hari ini aku bersyukur banget aku mulai bisa menikmati hidupku.

Kalo menurutku, kita seringkali ngerasa bosan hidup ato gagal karena kita kurang punya tujuan hidup yang kuat. Sederhananya kita mo ke monas aja mesti nentuin dulu mo lewat mana, kalo asal jalan belum tentu bisa nyampe monas.

Jadi tujuan hidup seperti apa? Adakah kita pernah memimpikan mempunyai sesuatu, ato ingin bisa meraih sesuatu? Jika agak sulit menetapkan tujuan hidup, mungkin bolehlah kita mengawali dari impian. Meski banyak orang bilang tujuan hidup ngga usah muluk2 yang penting kesampean. Ada benarnya juga, tapi kenapa bukan semuluk2nya yang penting kesampean? :-P

Inget sejarah, dulu ngga ada yang percaya kalo manusia bisa nyampe ke bulan, tapi buktinya? Ada juga yang nyampe, padahal mungkin pada masa itu ataupun masa sekarang itu juga masih merupakan hal yang sulit dicapai. atau impian wright bersaudara yang ingin terbang seperti burung.

Hal itu menurutku menunjukkan bahwa ngga ada sesuatu yamg mustahil untuk diraih. Hanya saja akankah kita konsisten dengan tujuan kita yang setinggi langit? Mungkin akan teramat banyak tantangan, tapi ingatlah bahwa hidup ini teramat indah, apalagi jika ada sesuatu yang hendak kita tuju.

Aku nulis ini karena aku sendiri mengalaminya, beberapa tahun terakhir adalah tahun yang teramat berat. Sering banget aku ngerasa lebih baik mati. Tapi sekarang aku berubah, bener2 berubah karena ada sesuatu hal yang ingin aku raih. Sesuatu impian besar yang hanya mungkin aku raih kalo aku masih terus hidup. :-P

So..tetapkan tujuan hidup, jalani dengan konsisten dan semangat. Hidup ini akan menjadi lebih indah.

(thanks to my big bro –moel- yang udah bantu aku nemuin impian & tujuan hidupku)

Ternyata aku ngga berbakat Kaya…

''Ketika orang miskin, awam & kelas menengah bekerja keras untuk memperjuangkan kenaikan gaji, calon-calon orang kaya bekerja keras membangun mindset sebagai orang kaya, investor & pemilik Asset.

Orang awam & kelas menengah selalu berpikir apalagi yang mampu dibeli, sedangkan orang berbakat kaya lebih sering berpikir tentang apa produk yang bisa dijual.

Orang awam & kelas menengah selalu berpikir bagaimana cara memenuhi kebutuhan sendiri sedang orang kaya lebih sering memikirkan bagaimana cara memenuhi kebutuhan orang lain, bahkan mencoba menciptakan kebutuhan orang lain"

Itu kutipan dari buku 99 Tanda Orang Berbakat Kaya yang ditulis WilliamTanujaya. Jujur saat pertama kali membacanya aku ngerasa tersindir banget. Baru halaman awal yang kubaca, aku ngerasa bahwa aku jauh dari tanda berbakat kaya. Lantas aku jadi mikir kalo ngga berbakat kaya lantas apa artinya hanya layak jadi orang miskin ? :P atau maksimal hanya jadi kelas menengah (yang kerja keras demi gaji, begitu terima gaji mesti bayar tagihan ini itu..)

Kurasa ngga juga, perbedaan mendasar dari orang miskin, awam, kelas menengah dan kaya ngga lebih dari pola pikirnya semata..(kutipan diatas persamaan & perbedaan sengaja digaris bawahi). Mungkin sekarang aku ngga berbakat kaya tapi seandainya saat ini aku ngerubah mindsetku pola pikirku menjadi layaknya orang yang berbakat kaya bukan mustahil aku bisa meninggalkan status kelas menengahku?


 


 


 

Thursday, April 12, 2007

Bapaku, figur sukses dalam hidupku



Semua orang mungkin ingin sukses, tapi terkadang kita ngga tau gimana caranya mencapai sukses. Cara yang paling sederhana adalah meniru oarng yang sudah terlebih dulu sukses.
Mungkin ada banyak contoh kesuksesan, ada yang sukses secara karir & finansial, keimanan dll. Buatku profil orang yang kuanggap sukses & yang pantas diteladani & dicontoh ternyata ngga jauh-jauh. Karena orangnya adalah Bapaku sendiri..Bp. Slamet Harsowiyono. Betapa engga, dengan latar belakang hanya jebolan SR (SD jaman dulu) dan hanya dengan pekerjaannya sebagai LOPER KORAN bapaku udah berhasil mengentaskan kami anank-anaknya, setidaknya dari tingkat pendidikan kami anak2nya ngga kurang dari SMA, bahkan aku bisa menikmati pendidikan Perguruan tinggi D3, sedang adiku malah bisa lulus Sarjana Kedokteran Hewan UGM.
Sekarang ini di masa tuanya, bapaku justru lebih sukses lagi karena secara finansial beliau ngga pernah sekalipun mengeluhkan kekurangan. Bener-bener Luar biasa, karena hanya dengan logikanya yang sederhana tapi konsisten tidak mengikuti arus, bapaku bisa menikmati masa tuanya masa pensiunnya dengan tenang.
Aku masih inget banget dulu hidup kami teramat sederhana, bersyukur bapaku masih punya sedikit sawah yang bisa digarap, tapi karena alasan suatu hal sawah tersebut akhirnya dijual dan ternyata dengan logika sederhana bapak "Tanah harus jadi Tanah", hasil dari penjualan sawah tersebut bisa dilelola dengan baik dan malah menghasilkan income rutin setiap bulannya bahkan tanpa perlu bekerja lagi. Rumah kami yang dulu alakadarnya sekarang berubah menjadi istana yang nyaman buat kami anak-anaknya saat kami pulang.
Terima kasih pak. Sungguh engkaulah figur teladan bagiku..

"Ada banyak contoh orang sukses, tapi jauh lebih banyak orang yang gagal.
Karena itu jika ingin sukses contohlah mereka yang sudah sukses, bukan mereka yang gagal"

Akhirnya Nur Nikah juga..




Sabtu pagi tanggal 31 Maret 2007 lalu temenku seperjuangan akhirnya mengikrarkan diri menjadi suami buat gadis pujaannya Nurma (May).Aku ngga bisa ngomomg banyak2 cuma bisa ngucapin selamat. Good Luck Bro & Welcome to the Jungle.

Sayang sekali ngga semua temen bisa hadir di resepsinya. mungkin karena jauh x ya..
Tapi ngga apa, buat temen yang ngga datang bisa lihat disini koq